Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh
usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan memanfaatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi kenyataan manusia. Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh
dari segala keterbatasannya. Teknologi adalah sebuah totalitas metode
yang dicapai secara rasional dan mempunyai efisiensi untuk memberikan
tingkat perkembangan dalam setiap bidang aktivitas manusia. Kemiskinan
lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang pokok.
Lantas apa kaitannya antara ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kemiskinan ? kemiskinan adalah salah satu
perang yang dihadapi oleh bangsa-bangsa didunia. Berbagai macam cara
diupayakan agar tidak ada lagi kemiskinan. Dengan adanya ilmu
pengetahuan ekonomi yang mempelajari tentang perekonomian dan teknologi
maka diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan mengenai kemuiskinann
yang terjadi hampir di setiap negara. Kasus ::
Lebih dari 80 persen kasus gizi buruk berkaitan dengan kemiskinan,
ketidakmampuan keluarga, dan faktor lain seperti keadaan lingkungan yang
jelek, penyediaan air bersih yang kurang, tingkat pemdidikan, dan
pengetahuan orang tua yang relatif rendah.
Hal ini terlihat bahwa
sejak krisis terjadi tahun 1997, keadaan gizi kurang hanya 17,68
persen, gizi buruk 0,52 persen, dan tahun 1998 menunjukkan lonjakan
tinggi, yakni gizi kurang meningkat 7,07 persen menjadi 24,76 persen dan
gizi buruk meningkat 1,34 persen menjadi 1,86 persen.Dengan
melihat kondisi itu, upaya pengentasan kasus gizi buruk harus dilakukan
dengan penanganan yang lebih komprehensif dengan meningkatkan
keterpaduan dan sinkronisasi dari sektor terkait. Keadaan kasus gizi
buruk yang terjadi di Jateng pada tahun 2003 menunjukkan penurunan
sebesar 0,55 persen dari 1,86 persen (1998) menjadi 1,31 persen.
Perubahan yang terjadi pada kasus gizi buruk dari tahun ke tahun memang
tidak sedrastis pada gizi kurang, meskipun demikian fluktuasinya
menunjukkan kecenderungan yang terus menurun. Perkembangan keadaan
status gizi masyarakat di jateng berangsur-angsur menunjukkan adanya
perubahan yang mengarah pada keadaan lebih baik. Kondisi ini terlihat
pada tahun 2003 yang status gizinya kurang sudah turun sebesar 12 persen
dari sebanyak 24,76 persen menjadi 12,76 persen. Prevalensi gizi kurang
khususnya pada balita yang dipantau melalui kegiatan pemantauan status
gizi (PSG) pos pelayanan terpadu (posyandu) yang dilakukan secara rutin
setiap tahun sekali menunjukkan penurunan signifikan. Solusi ::Solusi
dalam penyelesaian kemiskinan seperti contoh kasus diatas dapat diatasi
apabila pengetahuan masyarakat tentang gizi lebih baik. Dan teknologi
dalam penyelesaian kasus gaizi buruk ini dapat terealisasi.
Refrensi:
http://mhoel.blogspot.com/2010/11/kemiskinan-gizi-akibat-kurang.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar